Seperangkat aturan yang menentukan cara di mana informasi genetik yang terkandung dalam DNA diterjemahkan sehingga RNA dapat mengubahnya menjadi asam amino protein yang dikenal dengan kode genetik.
Di media, makna kode genetik sering dikacaukan dengan genotipe, genom, dan DNA, sehingga mereka menggunakannya sebagai sinonim.
Namun, perlu diingat bahwa rangkaian hubungan yang ada antara kodon dan asam amino dan bukan DNA atau genotipe itu sendiri disebut kode genetik.
DNA dan RNA dibentuk oleh nukleotida. Dalam DNA nukleotida adalah adenin (A), guanin (G), timin (T) dan sitosin (C). Dalam RNA, timin digantikan oleh urasil (U).
Proses “membaca” kode genetik dilakukan dalam dua langkah, yaitu transkripsi dan translasi. Kunci untuk melaksanakan proses-proses ini adalah saling melengkapi nukleotida; yaitu, setiap nukleotida dalam rantai DNA dilengkapi dengan yang lain, sehingga adenin hanya berpasangan dengan timin (AT) dan guanin hanya berpasangan dengan sitosin (GC).
Transkripsi mengacu pada proses dimana informasi DNA ditranskripsi menjadi messenger RNA (mRNA). Ini seolah-olah kami menyalin teks lama ke versi digital.
Dalam translasi, sekuens nukleotida dalam mRNA didekodekan menjadi sekuens asam amino yang akhirnya membentuk protein. Dalam hal ini, seolah-olah kami menerjemahkan teks dalam bahasa Spanyol ke bahasa Jepang, di mana karakternya berbeda.
Karakteristik kode genetik
Untuk memudahkan pemahamannya, kita harus menunjukkan karakteristik utama dari kode genetik. Ayo lihat
- Tiga nukleotida dalam satu baris membentuk kodon atau triplet, yang bersesuaian dengan asam amino.
- Ini berdegenerasi, ini berarti bahwa setiap asam amino dapat dikodekan oleh beberapa kodon.
- Pembacaan kode kontinu.
- Itu tidak tumpang tindih atau tumpang tindih. Artinya, setiap nukleotida adalah bagian dari triplet tunggal.
- Itu universal. Ini berarti bahwa, dalam semua makhluk hidup, kodon tertentu bersesuaian dengan asam amino yang sama.
- Ada mulai kodon sintesis protein (AUG) dan akhir sintesis (berhenti: UGA, UAA, UAG).