moksa dan samsara
Untuk memahami moksha , yang berarti ‘pembebasan’, pertama-tama seseorang harus memahami beberapa gagasan penting Hindu lainnya, khususnya samsara . Samsara adalah kata Sansekerta yang mengacu pada siklus kelahiran, kematian dan kelahiran kembali, perjalanan jiwa dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya. Saat jiwa bertransisi di antara kehidupan-kehidupan ini, inkarnasi berikutnya diinformasikan oleh peristiwa-peristiwa di kehidupan sebelumnya. Ini adalah kepercayaan Hindu tentang konsep karma . Anda mungkin pernah mendengar orang berbicara tentang karma dan gagasan bahwa keputusan orang akan kembali mempengaruhi mereka dengan satu atau lain cara di masa depan. Konsep karma Hindu mirip dengan penggunaan populer, tetapi tanggung jawab seseorang atas tindakan mereka, baik atau buruk, ditangani di kehidupan selanjutnya, bukan kehidupan saat ini.
Akhir dari siklus kelahiran, kematian dan kelahiran kembali (samsara) adalah titik akhir dari keberadaan dalam agama Hindu. Ada empat tujuan, yang secara kolektif disebut sebagai purusartha , ditujukan untuk mencapai samsara, dengan tujuan keempat adalah tujuan akhir untuk mencapai moksha. Saat orang maju menuju tiga tujuan pertama (dharma, artha, dan kama), mereka melepaskan keterikatan pada kepemilikan dan keinginan duniawi, mengarahkan mereka ke tujuan mencapai moksha. Kedengarannya akrab? Konsep moksha Hindu mirip dengan konsep Buddhis tentang nirwana.
Representasi visual dari konsep moksha dapat dilihat pada lukisan Hindu ini yang menampilkan gajah Gajendra yang sedang mengalami moksha. Alih-alih berfokus pada penderitaan buaya yang menggigit kakinya, ia berfokus pada Wisnu yang membebaskannya.
|
Penting untuk dicatat di sini bahwa ada beberapa aliran pemikiran yang berbeda dalam agama Hindu, masing-masing dengan perspektif uniknya tentang moksha. Sementara beberapa melihat moksha sebagai pembebasan dari siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali sama sekali, yang lain melihat moksha lebih umum sebagai pembebasan dari penderitaan selama hidup di bumi, yang mengarah ke kehidupan kebahagiaan yang sempurna. Beberapa bahkan menggunakan nama alternatif untuk menyebut moksha sebagai kaivalya.
Moksha dan Yang Mahatinggi
Hindu adalah agama teistik yang percaya pada makhluk tertinggi yang dikenal sebagai dewa dan dewa. Sekte yang berbeda menyembah dewa atau dewa yang berbeda; namun, Brahman secara luas diyakini sebagai Yang Mahatinggi dalam agama. Ketika seseorang mencapai moksha, dia akhirnya mencapai kesatuan dengan Yang Mahatinggi.
Ada dua aliran pemikiran mendasar dalam agama Hindu tentang sifat kesatuan seseorang dengan Yang Mahatinggi. Yang pertama dikenal sebagai Advaita Vedanta atau non-dualisme. Ini adalah keyakinan bahwa diri spiritual seseorang tidak terpisah dari Yang Mahatinggi. Memberikan segalanya untuk melayani Yang Mahatinggi adalah jalan menuju moksha. Salah satu cara untuk memvisualisasikan ini adalah dengan memikirkan jiwa manusia sebagai sehelai rumput di ladang, ladang itu adalah jiwa dari Yang Mahatinggi. Bilah rumput adalah bagian dari komposisi lapangan, seperti halnya jiwa manusia adalah bagian dari jiwa Yang Mahatinggi.
Aliran pemikiran lainnya adalah Samkhya. Samkhya mengasumsikan sifat dualistik antara jiwa manusia dan jiwa dari Yang Mahatinggi. Masing-masing memiliki identitasnya sendiri dan karenanya tetap terpisah, bahkan dalam moksha. Di Samkhya, kesatuan dengan Yang Mahatinggi dalam moksha tidak datang dari penyatuan jiwa, tetapi dari keberadaan dua jiwa yang berbeda di alam yang lebih tinggi dari keberadaan duniawi. Bayangkan katak hijau di lapangan; mungkin terlihat seperti bagian dari lapangan, tetapi tetap sangat terpisah.
Moksha dan realisasi diri
Ketika jiwa menemukan kesatuan dengan Yang Mahatinggi dan seseorang keluar dari siklus kelahiran, kematian dan kelahiran kembali, realisasi diri terjadi. Sebagai bagian dari proses mencapai moksha, seseorang kehilangan fokus pada ego dan tubuh dan mampu berkonsentrasi pada diri ketuhanan mereka sendiri. Sering disebut sebagai mengatasi ketidaktahuan, moksha memungkinkan Anda untuk hidup di saat ini dalam kedamaian total. Kedamaian ini memungkinkan orang tersebut untuk menjadi sadar dan mengalami belas kasih sejati bagi orang lain, berhubungan dengan diri ilahi.
Bhagavad Gita , salah satu teks utama agama Hindu, menawarkan tiga jalan menuju pembebasan atau moksha. Yang pertama adalah karma-marga , atau “jalan tugas”, di mana seseorang terus melakukan ritual-ritual biasa, tetapi berkorban dan bekerja untuk melayani Yang Mahatinggi. Yang kedua adalah jnana-marga , atau “jalan pengetahuan”, di mana yoga dan meditasi digunakan untuk menemukan identitas seseorang dalam hubungannya dengan Yang Mahatinggi, meninggalkan keinginan duniawi demi pengetahuan spiritual. Jalan terakhir adalah bhakti-marga , atau ‘jalan pengabdian’, di mana seseorang berusaha hanya untuk memuja Yang Mahatinggi.
Ringkasan Pelajaran
‘Wahai manusia terbaik, Arjuna, orang yang tidak terganggu oleh kebahagiaan dan kesedihan, dan yang teguh dalam keduanya, pasti memenuhi syarat untuk pembebasan.’
–Bhagawad Gita 2.15.
Bagian dari salah satu teks agama utama Hindu ini, Bhagavad Gita , menyoroti gagasan kebebasan yang berasal dari moksha . Pembebasan yang dia maksud adalah pembebasan dari kepemilikan duniawi dan fokus pada diri lahiriah. Begitu seseorang bebas dari jebakan ini, umat Hindu percaya bahwa mereka melampaui siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali, atau samsara , untuk eksis sebagai jiwa ilahi yang mampu mengalami kedamaian dan welas asih murni. Moksha adalah tujuan tertinggi dari purusartha , yaitu empat tujuan yang diperjuangkan dalam agama Hindu.