Kebudayaan Lembah Sungai Indus – Lembah sungai indus merupakan daerah yang subur. Daerah tersebut didiami oleh bangsa Dravida, yang datang dari daerah afganistan dan baluchistan. Mereka hidup sekitar 5.000 tahun sebelum masehi, dan merupakan masyarakat pendukung kebudayaan neolitikum.
Mereka merupakan masyarakat petani dan peternak yang hidup dalam perkampungan besar. Rumah-rumahnya terbuat dari batu dan tanah liat. Mereka juga melakukan perdagangan sampai di daerah iran disebelah barat. Yang diperdagangkan ialah hasil pertanian dan kerajinan, seperti gerabah dan patung-patung kecil.

Perdagangan tersebut menyebabkan tumbuhnya perkotaan, yang merupakan pasar tempat pertukaran barang-barang dalam transaksi perdagangan. Oleh karena itu dilembah sungai indus berdiri banyak kota-kota. Dua kota yang paling terkemuka adalah Harappa dan Mahenjo-daro.
Pembangunan dua kota tersebut telah diatur menurut tata kota. Terdapat jalan utama yang lurus dan lebar, sedangkan jalan-jalan kecil yang merupakan cabang-cabang memotong jalan utama itu. Di tepi jalan terdapat petak-petak rumah terbuat dari batu bata. Di perumahan itu terdapat kolam-kolam besar, yang memungkinkan untuk penampungan air dan pemandian umum.
Dibekas kota harappa dan mahenjo-daro ditemukan banyak lempengan tanah liat yang bergambar dan bertulis. Dari adanya tulisan itu dapat diambil kesimpulan bahwa di lembah sungai indus telah berkembang suatu peradaban dan masyarakat yang hidupnya sudah teratur.Meskipun demikian, sejarah lembah sungai indus belum dapat diungkap. Karena sampai sekarang para ilmuwan masih belum ada yang bisa membaca tulisan-tulisan tersebut.
Kota-kota dilembah sungai indus ditinggalkan oleh bangsa dravida, karena ada serbuan dari bangsa aria dari daerah afganistan, sekitar tahun 1.600 sebelum masehi. Bangsa aria rupanya tidak menetap dilembah sungai indus dan kota-kota disana ditinggalkan, hancur dimakan waktu dan alam.