Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis kalimat tunggal, yakni sebagai berikut:
1. Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia, ada jenis kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina[2] (termasuk Pronomina) atau frasa[3] nominal. Dengan demikian, kedua nomina atau frasa nominal yang sejajarkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikat terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena tidak dipenuhi, nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Perhatikan contoh berikut!
- Buku cetakan Bandung itu ….
- Buku itu cetakan Bandung ….
Urutan kata seperti pada nomor (a) membentuk satu frasa dan bukan berupa kalimat karena cetakan Bandung itu merupakan pewatas[4] bukan predikat. Sebaliknya, urutan pada nomor (b) membentuk kalimat karena penanda batas frasa itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal dengan cetakan bandung sebagai predikat. Kalimat yang predikatnya nominal, kerap kali dinamakan kalimat persamaan atau kalimat ekuatif. Kalimat ekuatif nominal, frasa nominal yang pertama itu subjek, sedangkan yang kedua predikat. Akan tetapi, jika frasa nominal pertama dibubuhi partikel-lah, frasa nominal pertama itu predikat, sedangkan frasa nominal kedua menjadi subjek. Perhatikan contoh berikut!
1) Dia guru saya.
2) Dialah guru saya.
1) Orang itu pencurinya.
2) Orang itulah pencurinya.
Pada contoh (a1) dan (a2) subjek tiap-tiap contoh tersebut adalah dia dan orang itu. pada contoh (b1) dan (b2) justru sebaliknya, dialah dan orang itulah tidak lagi berfungsi sebagai subjek, tetapi sebagai predikat. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam struktur bahasa Indonesia, secara keseluruhan, partikel-lah umumnya menandai predikat.
2. Kalimat Berpredikat Verbal
Seperti kita ketahui, bahwa ada bermacam-macam verba[5] yang tiap-tiap verba memengaruhi jenis kalimat yang menggunakannya. Kita mengenal adanya verba taktransitif, semitransitif, dan transitif. Verba transitif dibagi lagi menjadi ekatransitif (atau monotransitif) dan dwitransitif. Akan tetapi, kalimat yang berpredikat verba hanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Kalimat Taktransitif
Kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap hanya memiliki dua unsur fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Pada umumnya, urutan katanya adalah subjek-predikat. sebagai contoh:
- Bu Camat sedang berbelanja.
- Pak Halim belum datang.
- Mereka mendarat (di tanah yang tidak sehat).
- Dia berjalan (dengan tongkat).
- Kami (biasanya) berenang (hari Minggu pagi).
- Padinya menguning.
Berdasarkan contoh tersebut tampak pula bahwa verba yang berfungsi sebagai predikat dalam tipe kalimat itu ada yang berprefiks[6] ber- ada pula yang berprefiks meng-. Dari segi sematisnya, verba tersebut ada yang bermakna inheren[7] proses (seperti menguning) dan banyak pula yang bermakna inheren perbuatan (seperti berbelanja, datang, dan mendarat). Karena predikat dalam kalimat tidak berobjek dan tidak berpelengkap itu adalah verba taktransitif, kalimat seperti itu dinamakan kalimat taktransitif.
- Kalimat Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif. Karena itu, kalimat seperti itu disebut pula kalimat ekatransitif. Dari segi makna, semua verba ekatransitif memiliki makna inheren perbuatan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat ekatransitif.
- Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
- Presiden merestui pembentukan panitia pemilihan umum.
Verba predikat pada tiap-tiap kalimat tersebut adalah akan memasak, merestui. Disebelah kiri tiap-tiap verba itu berdiri subjeknya dan di sebelah kanan objeknya. Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek.
- Kalimat Dwitransitif
Telah kita ketahui, bahwa ada verba transitif dalam bahasa Indonesia yang secara semantis[8] mengungkapkan hubungan tiga maujud[9]. Dalam bentuk aktif, tiap-tiap maujud itu merupakan subjek, objek, dan pelengkap. Verba itu dinamakan verba dwitransitif. Perhatikan kalimat berikut!
- Ida sedang mencari pekerjaan.
- Ida sedang mencarikan pekerjaan.
- Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
Dari kalimat (1) kita ketahui bahwa yang memerlukan pekerjaan adalah Ida. Dengan ditambahkannya sufiks-kan pada verba dalam kalimat (2), kita rasakan adanya perbedaan makna, yaitu yang melakukan perbuatan “mencari” memang Ida, tetapi pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, meskipun tidak disebut siapa orangnya. Pada kalimat (3), orang itu secara eksplisit[10] disebutkan , yakni adiknya. Pada kalimat (3), kita lihat ada dua nomina yang terletak di belakang verba dalam predikat. kedua nomina itu berfungsi sebagai objek dan pelengkap.
3. Kalimat Berpredikat Adjektival
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektival[11] atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut.
- Ayahnya sakit.
- Pernyataan orang itu benar.
- Alasan para pengunjuk rasa agak aneh.
Pada ketiga contoh tersebut, tiap-tiap subjek kalimatnya adalah ayahnya, pernyataan orang itu, dan para pengunjuk rasa, sedangkan predikatnya adalah sakit, benar, dan agak aneh. Kalimat yang predikatnya adjektival sering juga dinamakan kalimat statif. Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek dan predikatnya. Hal itu dilakukan apabila subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang. Perhatikan contoh berikut!
- Pernyataan kedua gabungan koperasi itu adalah tidak benar.
- Gerakan badannya pada tarian yang pertama adalah anggun dan mempesona.
4. Kalimat Berpredikat Numeral
Selain macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frasa verbal, adjektival, dan nominal yang telah dibicarakan , ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral, seperti yang tampak contoh berikut:
1) Anaknya banyak.
2) Uangnya hanya sedikit.
1) Istrinya dua (orang)
2) Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
Pada contoh tersebut tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) tidak tentu (banyak dan sedikit) tidak dapat diikuti kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa numeralia tentu dapat diikuti penggolong, seperti orang pada contoh (a2) dan wajib diikuti ukuran seperti meter contoh (b2).
5. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional. perhatikan contoh berikut!
1) Ibu sedang ke pasar.
2) Mereka ke rumah kemarin.
1) Ayah di dalam kamar.
2) Anak itu sedang di sekolah.
Perlu dicatat, bahwa tidak semua preposisi dapat menjadi predikat kalimat. Kalimat-kalimat berikut terasa janggal bila tidak disertai verba.
- Ia dengan ibunya. (harusnya ditambah pergi)
- Rumah makan sepanjang malam. (harusnya ditambah buka)
- Pembicaraan mengenai reformasi. (harusnya ditambah membahas)
- Buku itu kepada saya. (harusnya ditambah berikan)