Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah meliputi tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan tentang karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis. Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya. Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
2. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara integral.
3. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah dengan masalah yang terjadi? Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
- Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
- Masalah segala sesuatu atau metafisika
- Masalah penilaian dan aksiologi