Latihan wawancara dilakukan untuk memberikan bekal keterampilan kepada pewawancara untuk mengumpulkan data dengan hasil baik. Karena tidak ada ukuran standar untuk survey ataupun pewawancara, maka tidak ada pula program latihan yang baku. Sifat, materi, dan lamanya program latihan disesuaikan dengan kebutuhan survey yang akan dilakukan. Misalnya tergantung pada jumlah dan kualitas pewawancara, waktu yang disediakan, mudah atau sukarnya kuisioner yang harus dipelajari dan juga besarnya anggaran yang tersedia (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989). Pada prinsipnya yang harus diberikan selama masa pelatihan formal adalah:
- Penjelasan tujuan penelitian
- Penjelasan tujuan tugas pewawancara dan menekankan pentingnya peranan pewawancara
- Penjelasan tiap nomor pertanyaan dalam kuisioner, baik konsep yang terkandung di dalamnya maupun tujuan pertanyaan tersebut. Pewawancara harus mengetahui dengan tepat maksud semua pertanyaan, agar dapat mengumpulkan informasi yang tepat dan jelas.
- Penjelasan cara mencatat jawaban responden.
- Penjelasan cara pengisian dan arti dari semua tanda-tanda pengisian kuisioner.
- Pengertian yang mendalam mengenai pedoman wawancara, untuk mengurangi sejauh mungkin kegagalan dalam mendekati responden. Pedoman wawancara mencakup etika, sikap, persiapan, dan taktik wawancara.
- Prosedur wawancara, dari mulai memperkenalkan diri sampai dengan meninggalkan respponden.
- Orientasi tentang masalah apa yang dapat timbul di lapangan dan bagaimana mengatasinya.
- Latihan wawancara
- Diskusi tentang masalah latihan wawancara tersebut.