Wabah virus corona alias COVID-19, sudah menenggelamkan nasib honorer K2. Hal tersebut diungkapkan oleh Pengurus Pusat Forum Honorer K2 Persatuan Guru Republik Indonesia (FHK2 PGRI) Riyanto Subekti.
Menurut Riyanto, nasib 51 ribuan honorer K2 yang sudah lulus PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja) 2019, hingga saat ini belum juga mendapatkan NIP dan SK.
Hal tersebut, sangat berbeda dengan 8 ribuan honorer K2 yang lolos CPNS 2018 sudah adem ayem, sementara sisanya 379 ribuan tidak jelas nasibnya.
“Perjuangan honorer K2 menginjak tahun ke-7 pascarekrutmen CPNS 2013. Justru yang tersisa adalah para pejuang-pejuang yang solid. Ini adalah benar-benar ujian bagi mereka,” jelas Riyanto kepada JPNN.com, Jumat (27/3).
Saat ini, meskipun jumlah honorer K2 yang diangkat aparatur sipil negara (ASN) sudah berkurang, tetapi angka 379 ribuan menurut Itong masih tinggi.
Sebab, 379 ribuan itu adalah orang-orang yang sudah mengabdi belasan hingga puluhan tahun.
“Sedih hati saya melihat para pejuang honorer K2 justru tidak bisa jadi ASN. Mereka mengabdi terus-menerus, bahkan di antaranya ada meninggal dunia dengan status honorer,” ungkapnya.
Riyanto mengatakan, kalau pemerintah ada niat baik, tentunya masalah honorer K2 ini sudah terselesaikan sebelum masa kampanye Pilpres 2019.
Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB), Badan Kepegawaian Negara (BKN) bersama Komisi II DPR RI sudah sepakat untuk menyelesaikan masalah honorer K2 sejak 2016 sampai akhir 2019 secara bertahap.
“Namun, apa yang terjadi, kini sisa honorer K2 khususnya dari tenaga administrasi nasibnya sudah tertelan dengan virus Corona,” pungkas Riyanto.